image
image

Tak sangka ini cara Imam Syafii lakukan dalam mengajar murid 'slow learner'. Jadi inspirasi ramai

Roshlawaty Md Raieh
26 Jun 2021 09:21pm
A
A
A

Pernah tak cikgu-cikgu berhadapan dengan murid yang lambat memahami apa yang diajar?

Apa tindakan yang dilakukan oleh anda?

Marah pada murid? Mengadu pada ibu bapa? Atau bagaimana...

Sinar Bestari menemui perkongsian menarik menerusi laman Facebook berkenaan cara Imam Syafii mengajar anak muridnya yang 'slow learner'.

Kisah kesabaran Imam Syafii dalam mengajar Ar Rabi’ bin Sulaiman wajar dijadikan contoh dan panduan buat mereka yang bergelar pendidik.

Moga memberi manfaat pada kita semua.

*****

Sangat mengesankan pada apa yang ditulis oleh Imam Baihaqi dalam kitab Manaqib Imam Syafii, bagaimana cara Imam Syafii, sebagai guru mengajar salah satu muridnya yang sangat lamban dalam memahami pelajaran.

Sang murid itu adalah Ar Rabi’ bin Sulaiman, murid paling slow learner. Berkali-kali diterangkan oleh sang guru Imam Syafii, tapi Rabi’tak juga faham. Setelah menerangkan pelajaran, Imam Syafii bertanya...

"Rabi, sudah faham ke belum?"

“Belum faham," jawab Rabi.

Dengan kesabarannya, sang guru mengulang lagi pelajarannya, lalu ditanya kembali...

"Sudah faham belum? Belum.

Berulang diterangkan sampai 39x Rabi’ tak juga faham.

Merasa mengecewakan gurunya dan juga malu, Rabi’ beringsut pelan-pelan keluar dari majlis ilmu. Selesai memberi pelajaran Imam Syafii mencari Robi’, melihat muridnya. Imam Syafi’i berkata, "Robi, kemarilah, datanglah ke rumah saya!”.

Sebagai seorang guru, sang imam sangat memahami perasaan muridnya, maka beliau mengundangnya untuk belajar secara persendirian (private).

Sang Imam mengajarkan Rabi’ secara private dan ditanya kembali, "Sudah faham belum?

Hasilnya? Rabi’ bin Sulaiman tidak juga faham.

Apakah Imam Asy-Syafi’i berputus asa?

Menghakimi Rabi’ bin Sulaiman sebagai murid bodoh? Sekali-kali tidak. Beliau berkata...

”Muridku, sebatas inilah kemampuanku mengajarimu. Jika kau masih belum faham juga, maka berdoalah kepada ALLAH agar berkenan mengucurkan ilmu-Nya untukmu. Saya hanya menyampaikan ilmu. ALLAHlah yang memberikan ilmu. Andai ilmu yang aku ajarkan ini sesendok makanan, pastilah aku akan menyuapkannya kepadamu,"

Mengikuti nasihat gurunya, Rabi’ bin Sulaiman rajin sekali bermunajat berdoa kepada ALLAH dalam kekhusyukan. Ia juga membuktikan doa-doanya dengan kesungguhan dalam belajar. Keikhlasan, kesalahan dan kesungguhan, inilah amalannya Rabi’ bin Sulaiman.

Tahukah kita? Rabi’ bin Sulaiman kemudian berkembang menjadi salah satu ulama besar Madzhab Syafi’i dan termasuk perawi hadis yang sangat kredibel dan terpercaya dalam periwayatannya.

Sang slow learner bermetamorfosis menjadi seorang ulama besar.

Inilah buah dari kesabaran Imam Asy-Syafi’i dalam mengajar dan mendidik.

Adakah kita, para guru dan orang tua bisa meneladani kesabaran Imam Syafii dalam mengajar?

Berapa kuat kita meyakini bahawa tidak ada anak dan murid yang bodoh?

Sudahkan kita, para guru dan orang tua mendoakan anak-anak dan murid didik kita agar difahamkan pelajaran?

Sudahkan kita, para guru dan orang tua memotivasi anak murid kita agar gigih berdoa kepada ALLAH Taala?

Artikel berkaitan 

Guru Geografi muncul Johan Qariah setelah 3 kali sertai pertandingan

Penghafaz al-Quran wajib ada 3 tip ini untuk kekalkan ingatan hafazan

Rutin hafal al-Quran jadi pedoman hidup pelajar PhD di West Virginia University


Ikuti juga Sinar Bestari di: Facebook Instagram | Twitter | YouTube | TikTok

Ikuti juga Sinar Bestari di: Facebook | Instagram | Twitter | YouTube | TikTok